Sabtu, 17 Mei 2014

Askep Diabetes Melitus



STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELLITUS

 

I.              PENGERTIAN:

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia

II.              ETIOLOGI:
1.         Diabetes Mellitus tipe I:
            a.    Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya penyakit. Kecenderungan genetic ditemukan dalam individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.         Faktor Imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan abnormal.
c.         Faktor lingkungan
Racun/virus tertentu bisa memicu terjadinya proses autoimun yang menimbulkan destruksi     selbeta.

2.    Diabetes Mellitus tipe II:
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum bisa diketahui. Faktor genetika mengambil peranan  dalam proses resistensi insulin. Faktor - faktor resiko   :
a.    Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.    Obesitas
c.    Riwayat keluarga

III.              KLASIFIKASI:
Klasifikasi diabetes mellitus sbb  :          
1.    Tipe I     : Diabetes mellitus tergantung insulin (Dependen DM / IDDM)
2.    Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependen DM / NIDDM)
3.    Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4.    Diabetes mellitus gestasional (GDM)

IV.              MANIFESTASI KLINIS:
1.      Keadaan Umum
Ada penurunan BB, lemah , anxietas.
2.      Kulit
Terdapat lesi di kulit, infeksi, dehidrasi, kulit kering.
3.      Mata
askep diabetes melitus

Penglihatan kabur, mata kering, katarak, glukoma
4.      Mulut
Gingivitis,  periodontal disease.
5.      Cardiovaskular
Orthostatic hypotensi, extremitas dingin, nadi lemah
6.      Gastrointestinal
Diare, konstipasi, kembung, mual/muntah.
7.      Genitourinaria
Peningkatan urinaria, nocturia, impotensi, vaginal discharge.
8.      Neurologic
Extremitas mengeluh kelemahan dan kesemutan , menurunnya rasa nyeri dan persepsi panas

V.              PATOFISOLOGI:
 
patofisiologi diabetes mellitus
VI.              PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1.         Glukosa darah sewaktu
2.         Kadar glukosa darah puasa
3.         Tes toleransi glukosa
Kadar darah puasa &dan sewaktu sebagai patokan penyaring diagnosisa DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar gula darah sewaktu



Plasma vena
<110
110 – 199
>200
Darah kapiler
<90
90 - 199
>200
Kadar glukosa darah puasa



Plasma vena
<110
110 – 125
>126
Darah kapiler
<90
90 - 109
>110

Kriteria diagnosa WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.    Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.    Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.    Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

VII.              PENATALAKSANAAN:
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler dan neuropati. Tujuan pemberian terapeutik pada masing-masing tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :      
1.         Diet
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memperoleh hasil yang bagus, terutama bagi golongan berekonomi rendah. Total kalori disesuaikan dengan per tumbuhan, umur, status gizi, stress akut, dan aktifitas jasmani untuk mendapat berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hr. jumlah kandungan serat ± 25g/hr, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya. Cara menghitung kalori pada pasien DM adalah tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien DM. Cara yang mudah yaitu perhitungan menurut Bocca :

BB ideal = (TB dalam cm – 100) – 10% kg  

Kemudian hitung jumlah kalori yang didiperlukan. Beberapa cara untuk menetapkan total kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
a.    Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk perempuan. Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambahkan lagi sesuai dengan kegiatan sehari-hari.


Ringan
Sedang
Berat
100 − 200 kkal/jam
200 − 350 kkal/jam
400 – 900 kkal/jam
Mengendarai mobil
Rumah tangga
Aerobic
Memancing
Bersepeda
Bersepeda
Kerja laboratorium
Bowling
Memanjat
Kerja sekretaris
Jalan cepat
Menari
Mengajar kerja
Berkebun
Lari

Golf
Sepak bola

Sepatu roda
Tenis
            Tabel 1 : Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai kegiatan

b.    Kebutuhan basal dihitung seperti a, tetapi ditambahkan kalori berdasarkan persentase kalori basal
1)        Kerja ringan, ditambah 10 % dari kalori basal.
2)        Kerja sedang, ditambah 20 % dari kalori basal.
3)        Kerja berat, ditambah 40 – 100% dari kalori basal.
4)        Badan kurus, terdapat infeksi, masih tumbuh kembang, sedang hamil atau menyusui, ditambah 20 – 30% dari kalori basal.

c.    Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut :
1)   Pasien kurus       =  2.300 − 2.500 kkal
2)   Pasien normal     =  1.700 – 2.100 kkal
3)   Pasien gemuk     =  1.300 – 1.500 kkal

d.   Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel 1 :

Dewasa kkal / kg
BB ideal


Kerja santai
Kerja sedang
Kerja berat
Gemuk
25
30
35
Normal
30
35
40
Kurus
35
40
40 − 50

2.         Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3 – 4 kali tiap minggu selama ± 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmica, interval, progressive, Endurance training).
3.         Pemantauan
4.         Terapi (jika diperlukan)
5.          Pendidikan

VIII.              ASUHAN KEPERAWATAN:
1.    Pengkajian
a.    Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
b.    Riwayat kesehatan pasien  dan pengobatan sebelumnya  
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja          yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c.    Aktivitas/Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d.   Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, kebas, AMI, takikardi, klaudikasi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, perubahan tekanan darah
e.    Integritas ego: Stress, ansietas
f.     Eliminasi
Perubahan pola berkemih (nokturia, poliuria,anuria ), diare
g.    Makanan/Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
h.    Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
i.      Nyeri/Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j.      Pernapasan
Batuk dengan atau tanpa sputum purulen (tergangung ada infeksi / tidak)
k.    Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2.    Diagnosa keperawatan
a.    Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral,lemak,  mual, anoreksia, peningkatan metabolisme protein.
b.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
c.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati   perifer).
d.   Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

3.    Rencana tindakan

4.    Pelaksanaan
Di lakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat.

5.    Evaluasi
a.       Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
b.      Kebutuhan cairan terpenuhi, intake & output seimbang.
c.       Integritas kulit terpenuhi.
d.      Injury tidak terjadi.

IX.            DAFTAR PUSTAKA:
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC
Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Dongoes , Marylinn E. (2000). Rencana AsuhanKeperawatan. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit-Vol 2. Jakarta: EGC.

Demikianlah contoh askep  DM dari saya, jika ada yang mau sharing or kasih masukan kirim saja ke g+. semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk seluruh pembaca.

Minggu, 27 April 2014

Askep Gagal Jantung



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG/ CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

A.          DEFINISI
Gagal jantung (gagal jantung kongestif) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2000).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung memompakan darah makan akan mempengaruhi efesiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa (Hodak & Gallo, 1997).
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh (http://www.scribd.com/doc/29463478/ASKEP-C-H-F).View commentsSpinner_24x24  

B.           KLASIFIKASI
1.      Gagal jantung akut-kronik
ü   Proses gagal jantung akut terjadi secara mendadak, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan sehingga dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.
ü   Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan ditandai dengan adanya penyakit paru menahun & iskemikjantung. Adanya retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan atrofi.
2.      Gagal jantung kanan-kiri
ü   Gagal jantung kiri disebabkan oleh kegagalan ventrikel memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti paru, hipertensi dan kelainan pada katup aorta/mitral.
ü   Gagal jantung kanan disebabkan oleh peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3.      Gagal jantung sistolik-diastolik
ü   Sistolik disebabkan oleh penurunan daya kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi.
ü   Diastolik karena ventrikel tidak mampu dalam pengisian darah akibatnya stroke volume kardiak output turun.

C.          ETIOLOGI
1.      Kelainan otot jantung
2.      Ateroklerosis koroner
3.      Hipertensi sistemik atau pulmonal
4.      Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
5.      Penyakit jantung lain (stenosis katup, ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah, pengosongan jantung abnormal)
6.      Faktor sistemik (peningkatan laju metabolisme, hipoksia, anemia, asidosis, abnormalitas elektrolit)

D.          TANDA DAN GEJALA
1.      CHF Kronik
Meliputi: anoreksia, nokturia, edema bagian perifer, kaki lebih gelap/kehitaman, lemah, hepar membesar, asites, sesak nafas, tidak bisa aktivitas berat.
2.      CHF Akut
Meliputi: cemas, berat badan naik, nafas dangkal, bunyi krekels, fatigue, takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk, batuk darah, wheezing bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan urin output, delirium, sakit kepala.
3.      Gagal jantung kiri
Meliputi : dypsnea, paroxismal nokturnal dispnea (PND), batuk, mudah lelah, kegelisahan dan kecemasan.
4.      Gagal jantung kanan
Meliputi : edema ekstremitas bawah (edema dependen), hepatomegali, anoreksia, nokturia, lemah            

Klasifikasi fungsional umumnya bergantung pada New York Heart Association, Kelas-kelas (I-IV) adalah:
Class I: Penderita penyakit jantung tanpa dibatasi dengan aktivitas fisik. Masih bisa beaktifitas dengan normal.
Class II: Penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktivitas. Aktivitas sehari-hari menimbulkan dyspnoe atau kelelahan, tetapi saat istirahat hilang.
Class III: Penderita penyakit jantung disertai limitasi aktivitas fisik yang nyata. Aktifitas fisik yang ringan dari aktivitas sehari hari sudah menimbulkan dyspnoe atau kelelahan. Saat istirahat sesak/kelelahan hilang.
Class IV: Penderita penyakit jantung yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik tanpa menimbulkan keluhan.

E     PATOFISIOLOGI
askep gagal jantung

F.           KOMPLIKASI
1.      Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2.       Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata
3.      Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

G.          PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      EKG: mengetahui ganguan kelistrikan jantung.
2.      Sonogram (ekokardiagram, ekokardiogram dopple)
3.      Scan jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung
4.      Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri, mengkaji potensi arteri koroner, stenosis katub dan insufisiensi.
5.      Rontgen dada: Menunjukkan jantung membesar.                          
6.      Enzim hepar: meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
7.      Elektrolit: mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi organ ginjal dan terapi- terapi diuretik.
8.      Oksimetri nadi: saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
9.      AGD: gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2.
10.  BUN, kreatinin: peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
11.  Albumin/transferin serum: mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongestif.
12.  HSD: kemungkinan status inflamasi, anemia, hematoktrit meningkat, polisitemia, atau leukosit mungkin meningkat menadakan perikarditis.
13.  Kecepatan sedimentasi: mungkin meningkat, reaksi dari peradangan akut.
14.  Pemeriksaan tiroid: peningkatan menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre-pencetus GJK.
15.  Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung, missal infark miokard (CK-CKMB, CPK, LDH,  isoenzim CPK dan isoenzim LDH).

H.          PENATALAKSANAAN
a.       Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b.      Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis
c.       Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan

I.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
  1. Aktivitas/istirahat: keletihan/kelelahan terus menerus, tidak bisa tidur, sakit dada saat aktivitas, sesak nafas pada istirahat atau pengerahan tenaga, gelisah, TTV berubah pada saat aktivitas.
  2. Sirkulasi: riwayat hipertensi, anemia, bedah jantung, endokarditis, edema anasarka, asites, takikardi, disritmia, bunyi jantung tambahan, nadi perifer berkurang, sianosis, pucat, pengisian kapiler lambat, hepatomegali, bunyi napas  krekela atau ronki.
  3. Integritas ego: ansietas, kuatir, takut, stres, marah, mudah tersinggung.
  4. Eliminasi: urine berwarna gelap, nokturia, penurunan berkemih, konstipasi/diare.
  5. Makanan/cairan: napsu makan menurun, muntah, mual, berat badan meningkat signifikan, edema ekstermitas, asites.
  6. Higiene: keletihan/kelemahan, kelalaian perawatan personal.
  7. Neurosensori: kelemahan, pening, episode pingsan, letargi, gangguan orientasi, perilaku berubah, cepat tersinggung.
  8. Nyeri/kenyamanan: nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri perut bagian kanan atas, otot, gelisah, perilaku melindunggi diri.
  9. Pernapasan: dispnea ketika aktivitas, tidur dengan posisi duduk atau dengan 3 bantal atau lebih, batuk berdahak/kering, riwayat penyakit paru kronis, takipnea, napas dangkal, kegelisahan, sianosis/pucat.
  10. Keamanan: kekuatan tonus otot menurunk  & kulit mudah lecet.
  11. Interaksi sosial: penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
  12. Pembelajaran/pengajaran: lupa menggunakan obat-obat jantung.

2.      Diagnosa
  • Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial, konduksi listrik,  irama, perubahan frekuensi, perubahan struktural (kelainan katup, aneurisme mentrikel).
    Tujuan: menunjukkan tanda vital stabil, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
asuhan keperawatan gagal ginjal
  • Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai kebutuhan/ oksigen, imobilisasi  dan kelemahan umum.
    Tujuan: berpartisipasi dengan aktivitas yang diinginkan, pemenuhan kebuthan dengan mandiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas, kelemahan dan kelelahan menurun

gagal jantung

  • Kelebihan volume cairan b/d menurunnya curah jantung, dan retensi natrium/air.
    Tujuan: volume cairan stabil dengan terjadi keseimbangan masukan dan pengeluaran, bunyi napas bersih/jelas, berat badan stabil, tidak ada edema.

congestif heart failure




DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. (1995). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Hudak, C. M. & Gallo, B.M. (1997). Keperawatan kritis: Pendekatan Holistik. Edisi VI. Volume 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A.W., at all. (2006). Buku ajar: Ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Scribd. (2010). Askep CHF. Diunduh dalam http://www.scribd.com/doc/29463478/ASKEP-C-H-F pada tgl 28-1-2011 j21.00View commentsSpinner_24x24

  Demikianlah contoh askep pada pasien gagal jantung/CHF, jika ada pertanyaan dari artikel ini silahkan kirim ke g+