Minggu, 30 Maret 2014

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik (GGK)/Chronicrenal failure (CRF)

ASUHAN KEPERAWATAN  CHRONICRENAL FAILURE (CRF)/ GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

1. Pengertian

Gagal ginjal ialah ketidak mampuan ginjal mengangkut sisa metabolisme tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dikeluarkan melalui urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan fungsi ekskresi ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin, metabolik, cairan, elektrolit, dan asam basa. Gagal ginjal adalah penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Saifudin, 2010).
Gagal ginjal kronik/chronic renal failure ialah gangguan fungsi ginjal yang berlangsung secara progresif dan fungsi organ tidak dapat kembali normal, dimana kemampuan organ gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi  urea dan sampah nitrogen lain didalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; hal. 1448)

II. Penyebab

Menurut Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan penyebab dari gagal ginjal adalah:
a. Glomerulonefritis (25%)
Menurut markum (1998) glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang penyebabnya belum jelas.
Menurut prodjosudjadi (2006) Berdasarkan sumber terjadinya kelainan glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder.
-Primer jika penyakit tersebut dasarnya berasal dari ginjal itu sendiri.
-Glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis
b. Penyakit diabetes melitus (20%)
Penyakit DM dapat mengenai seluruh organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
c. Hipertensi (20%)
d. Ginjal polikistik (10%)

III. Faktor Risiko

Menurut national kidney foundation (2009) yaitu pada pasien dengan diabetes melitus atau hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga.

Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (CKD)

 
Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (CKD)

Rumus menilai GFR, yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
GFR (ml/menit/1,73m2) = (140-umur) x berat badan*
                   72 x kretinin plasma (mg/dl)
Bila pasien adalah perempuan, maka dikalikan 0,85

IV. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Askep Gagal Ginjal Kronik


V. Tanda & Gejala

Menurut sukandar (2006) gagal ginjal kronik disertai sindrom azotemia, seperti: kelainan darah, saluran pencernaan, mata, kulit, kelainan syaraf & psikiatri serta kelainan system kardiovaskular
a. Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU). Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
b. Kelainan saluran cerna
Mual dan muntah
c. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien CRF. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia.
d. Kelainan kulit
Gatal, kulit kering dan bersisik, kadang dijumpai kristal urea pada kulit muka ( urea frost).
e. Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.
f. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi tidak stabil, gangguan tidur, dan gangguan perasaan (depresi).
g. Kelainan kardiovaskular

VI. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan fungsi ginjal: ureum, kreatinin dan asam urat.
2) Mengetahui penyebab gagal ginjal: Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan imunodiagnosis.
3) Pemeriksaan penunjang: USG

VII. Pencegahan

Menurut National Kidney Foundation (2009) adalah mengontrol penyakit hipertensi, pengendalian gula darah, kolesterol, anemia, berhenti merokok, peningkatan aktivitas fisik dan kontrol berat badan.

VIII. Penatalaksanaan

a. Terapi konservatif
1) Peranan diet
2) Kebutuhan jumlah kalori
3) Kebutuhan cairan: Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari
4) Kebutuhan elektrolit dan mineral: jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari GFR dan penyakit ginjal dasar.

b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolic: terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
2) Anemia: transfuse darah
3) Keluhan gastrointestinal: tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
4) Kelainan kulit: tindakan yang diberikan tergantung dengan jenis keluhan kulit.
5) Kelainan neuromuscular: terapi hemodialisis reguler yang adekuat, obat-obatan atau tindakan operasi.
6) Hipertensi: pemberian obat-obatan anti hipertensi.
7) Sistem kardiovaskular: yang dilakukan tergantung dari kelainan jantung yang diderita

c. Terapi pengganti ginjal
Dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, terapi tersebut dapat berupa:
1. Hemodialisa
Menurut sukandar (2006) indikasi tindakan terapi dialysis antara lain perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, oedem paru, hipertensi dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%, dll.
2. Dialisis peritoneal (DP)
Menurut sukandar (2006) indikasi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) yaitu pasien anak-anak dan orang tua (≥ 65 tahun), pasien-pasien yang menderita penyakit sistem kardiovaskular, mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, stroke, gagal ginjal terminal dengan residual urin masih cukup, Indikasi non-medik, yaitu kemauan pasien, kemampuan pasien untuk mengerjakan sendiri di rumah, dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.
3. Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN CHRONICRENAL FAILURE (CRF)/ GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

A. PENGKAJIAN

1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala: Kelelahan, lemah, lesu, gangguan istirahat
Tanda: Kelemahan otot & penurunan pergerakan tubuh
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, HR > 90 x/mnt, sakit bagian dada.
Tanda: peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub, hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah halus, kecenderungan perdarahan.
3. Integritas Ego
Gejala: Faktor stres, perasaan tidak ber daya, tidak ada kekuatan untuk aktifitas.
Tanda: Menolak, cemas, takut, marah, irritable, perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala: Penurunan frekuensi BAK, oliguri, anuri, susah BAB, perut kembung
Tanda: perubahan warna urin, urin lebih pekat warna kemerahan/coklat, keruh, urin sedikit (<100 cc/hr) dapat menjadi tidak ada urin.
5. Makanan/Cairan
Gejala: Peningkatan berat badan karena adanya edema, penurunan berat badan karena status gizi kurang, tidak nafsu makan, mual, muntah, rasa pahit pada mulut, penggunaan dieuretik
Tanda: asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, perubahan turgor kulit, edema, perdarahan gusi/lidah
6. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, gangguan penglihatan, kram pada bagian otot, kejang, dan kesemutan
Tanda: status mental terganggu, penurunan perhatian/penglihatan, kurang berkonsentrasi, sering lupa, penurunan tingkat kesadaran sampai dengan koma.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri bias terjadi pada bagian panggul, kepala, kaki & kadag terjadi kram otot.
Tanda: Distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Tanda: napas pendek, Paroksismal Nokturnal Dyspnea (+),batuk produktif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
Gejala: Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), takipneu, dispnue
9. Keamanan
Gejala: Kulit gatal, infeksi berulang
Tanda: Pruritus, demam (sepsis dan kekurangan cairan), bintik berah pada bagian kulit, mimisan, patah tulang, tumpukan fosfat kalsium pada bagian kulit, range of motion terbatas
10. Seksualitas
Gejala: Penurunan gairah seksual, tidak haid & infertile.
11. Interaksi Sosial
Gejala: Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
12.  Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat DM keluarga, riwayat terpajan toksin, pengguna antibiotic nefrotoksik saai ini/berulang

B. MASALAH KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan
2. Risiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. Risiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung
5. Intoleransi aktivitas
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis dan cara pengobatan



C. INTERVENSI KEPERAWATAN


Intervensi Keperawatan Gagal Ginjal Kronik 3

Intervensi Keperawatan Gagal Ginjal Kronik 4

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi ketiga. Jakarta: EGC
Price. Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit ed.6.  Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. dan Bare.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta: EGC
Suyono, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FK
 

Sabtu, 29 Maret 2014

Laporan Resume Askep Gadar/Asuhan Keperawatan Gawat darurat

RESUME ASKEP PADA An. J 
DENGAN EMPIEMA TORAKALIS KANAN e.c TB PARU
IGD RS. CINTA KASIH

An. J (13 th) datang ke IGD RS cinta kasih tanggal 17/04/14 jam 11.00 WIB dengan keluhan pasien sesak sejak 1 minggu sebelum masuk RS, sesak bertambah berat sejak tadi pagi. Ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun, demam kadang-kadang, keringat malam (+). Keluhan mual (+) dan muntah (-). Sebelumnya klien mempunyai riwayat TB paru pengobatan 1 tahun dan dinyatakan sembuh oleh dokter pada bulan januari. Kemudian pasien dilakukan foto rongten toraks, kesan: efusi pleura, kemudian dokter melakukan pungsi cairan pleura.
EMPIEMA TORAKALIS KANAN
ilustrasi tindakan pungsi cairan pleura
 Tgl 18/04/14 dilakukan pengkajian, hasil pengkajian primer oleh perawat didapatkan:
  • Airway: jalan napas bersih (tidak ada sumbatan benda padat dan cair)
  • Breathing: pasien mengatakan sesak, pengembangan paru asimetris, RR: 30 x/mnt, suara nafas vesikuler pada paru kiri, paru kanan redup pada bagian distal,taktil fremitus paru kanan < paru kiri, otot bantu pernafasan positif,  nafas pendek, pasien post pungsi cairan pleura keluar cairan nanah 1000 cc (tgl 17/04/14 jam 12.00 WIB), oksigen terpasang 3 lpm (nasal canul).
  • Circulation: TD: 110/70 mmHg, N: 98 x/mnt, S: 37,5°C, CRT < 3dtk, akral hangat.terpasang infuse RL 500 cc/8 jam.
  • Disability: kesadaran CM,  GCS 15 (E4M6V5).
  • Exposure: luka post pungsi pleura tertutup kassa.

Berdasarkan pengkajian primer,tindakan gawat darurat untuk masalah di atas adalah: 

  • Memonitor TTV; terutama pernafasan (jumlah, kedalaman dan kualitas) dan KU pasien.
  • Melakukan pemberian oksigen yang adekuat: nasal kanul 4 lpm.
  • Memberikan posisi fowler.
  • Asistensi pemasangan WSD.
  • Melakukan pemeriksaan penunjang: Rontgen Thorax post pemasangan WSD.
  • Observasi kepatenan selang WSD.
  • Memberikan obat-obatan: mertronidazol 3 x 500 mg (P.O), tramal 50 mg drip dalam RL 500 cc, 20 tpm.

Diagnosa keperawatan yang didapat dari pengkajian di atas adalah:


a. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
     DS: pasien mengatakan sesak.
     DO:
  • RR 30 x/menit.
  • Penggunaan otot bantu nafas (+).
  • Pengembangan paru asimetris
  • taktil fremitus paru kanan < paru kiri.
  • suara nafas vesikuler pada paru kiri, paru kanan redup
b.Nyeri b/d pemasangan alat invasive: selang WSD
    DS: pasien mengatakan sakit pada area pemasangan WSD, skala nyeri 8
    DO: ekspresi wajah meringis, TD: 110/70 mmHg, pasien terlihat berhati-hati saat pindah posisi.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa di atas adalah:

  • mengobservasi tanda-tanda vital klien: nadi, pernapasan, TD, suhu
  • mengauskultasi suara napas
  • menganjarkan tehnik relaksasi nafas dalam
  • menganjurkan klien untuk tidur dengan posisi fowler.
  • periksa batas cairan pada botol penghisap.
  • Observasi undulasi udara botol penampung.
  • Cek apakah ada kebocoran pada pasien/system WSD.
  • Kolaborasi dalam pemberian mertronidazol 3 x 500 mg (P.O), tramal 50 mg drip dalam RL 500 cc, 20 tpm

Pengkajian sekunder

Hasil pemeriksaan fisik head to toe didapatkan:
  • kepala, leher, dan wajah: tidal ada lesi kepala, DVJ 5+2 cmH2O.
  • mulut: bibir kering
  • dada: bentuk asimetris, pengembangan dada asimetris
  • paru-paru: vesikuler, ronchi- /-, wheezing -/-, redup pada paru kiri (+)
  • jantung: bunyi jantung I/II normal reguler, murmur (-), gallop (-)
  • abdomen : buncit, lemas, Nyeri tekan epigastrium (+), hepar teraba 3 bpx
  • ekstremitas: tidak ada deformitas, kulit lembab

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal 22/02/11 didapatkan:

  • rongten toraks : kesan efusi pleura
  • Darah Perifer Lengkap : Hb = 11,5 g/dL; Ht = 37%; E = 4,51 x 106/μL; L = 20.000μL; Tr= 395.000 μL ; GDS = 150 g/dl
  • Elektrolit : Na  = 131,1 mmol/L; K   = 4,38 mmol/L; Cl = 95,0 mg/L
  • Gas Darah : pH = 7,48 mmHg; pCO2 = 23 mmo/L; pO2 = 90 mmHg; HCO3 = 25 mmol/L; TCO2 = 27, 2; BE = 5,3  mmol/L; O2 saturasi = 99,1 %; Standart HCO3 = 27,3
  • EKG: SR; HR 98x.

Evaluasi pasien

Pasien mengatakan sesak berkurang
Pasien mengatakan sakit pada daerah pemasangan selang, skala nyeri 7
RR 28 x/menit, TD: 110/60 mmHg, S: 37,8O C, terpasang WSD, prod: positif 900 cc, pus: positif, undulasi: positif.

Asuhan Keperawatan Gawat darurat
ilustrasi keadaan gawat darurat
Demikianlah contoh Laporan Resume Askep Gadar/Asuhan Keperawatan Gawat darurat semoga bisa menjadi masukan dalam pembuatan laporan keperawatan.